Sekarang ini remaja tidak lagi mengidolakan
tokoh-tokoh yang patut diidolakan seperti seorang politikus ataupun seorang
negarawan tapi mereka lebih mengidolakan pada seseorang yang menurut mereka
mengerti akan kebutuhan mereka dan gaya
hidup mereka seperti seorang seniman (aktor-aktris) atau olahragawan. Demi idola mereka tersebut tak jarang remaja mengikuti gaya berpakaian,
penampilan, serta tingkah laku idola mereka. Remaja akan mengikuti segala
perkembangan idola mereka, dan akan marah bila melihat idola mereka berbuat
kesalahan maupun berbuat sesuatu yang tidak mereka inginkan, karena mereka
melihat sosok yang diidolakan harus sesempurna mungkin. Selain itu remaja sulit
menerima jika tokoh idola mereka dikritik oleh pihak lain.
Salah
satu contoh bagaimana remaja memuja tokoh idolanya dapat terlihat pada
banyaknya remaja; khususnya remaja putri yang “tergila-gila” dengan salah-satu
grup musik sampai-sampai mereka mengkoleksi seluruh benda yang berhubungan
dengan grup musik tersebut. Tidak hanya sampai disitu mereka pun rela mengikuti
gaya busana grup musik tersebut, meskipun untuk mendapatkannya harus
mengorbankan uang jajan atau bahkan uang sekolah.
Tak
jarang demi seorang tokoh idola remaja rela mengorbankan waktu belajar bahkan sampai
sampai berani mempertaruhkan nyawanya demi sebuah tanda tangan seperti yang
terjadi belum lama ini pada sebuah acara meet and greet dengan salah
satu grup musik mancanegara di sebuah mall di Jakarta. Ribuan remaja ABG yang
hanya ingin melihat dari dekat wajah-wajah para idola mereka saling berdesakan
dan terlibat aksi dorong-mendorong sehingga mengakibatkan tewasnya beberapa
remaja putri.
Faktor
Penyebab
Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah mengapa remaja cenderung mengidolakan para celebritis dan rela
mengikuti gaya hidup maupun gaya busananya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
remaja cenderung mengidolakan seseorang di luar lingkungan keluarganya,
misalnya seorang pemusik ataupun seorang pemain film, dikarenakan tokoh idola
di dalam rumah yakni kedua orang tua, kakak ataupun adiknya, ternyata cenderung
tidak layak diidolakan. Beberapa keluarga kini mengalami krisis tokoh idola,
karena orang tuanya lebih sering berada di luar rumah daripada mendidik
anaknya. Situasi ini diperburuk lagi dengan banyaknya tayangan televisi yang
lebih menonjolkan unsur-unsur komersialisme dan hedonisme dibandingkan tayangan
bermutu yang penuh ajaran moral dan mendidik. Maraknya penggunaan komputer dan
internet yang semakin memberi ruang bagi berkembangnya situs-situs yang tidak
mendidik sehingga semakin sulit bagi orangtua untuk mengendalikan perilaku
anak-anaknya.
Peran media elektronik
ini sangat berpengaruh bagi remaja dalam memberikan informasi tentang gaya
hidup dan cenderung memberikan penghargaan berlebihan untuk gaya hidup
hura-hura dan glamour. Gambaran yang ditampilkan dalam sinetron ataupun acara
televisi lainnya lebih banyak bersifat meninabobokan masyarakat khususnya
remaja pada gaya hidup yang penuh kesia-siaan. Oleh karena itu peran orangtua
sangatlah diperlukan dalam mendampingi putra-putrinya selama menjalani
masa remaja. Sekali orangtua gagal mengarahkan anak remajanya maka akan dapat
berakibat sangat buruk bagi kehidupan remaja di masa mendatang. (jp)
0 komentar:
Posting Komentar